Sabtu, 26 Maret 2016

kuliner: KOPI TAHLIL

Ini adalah minuman khas pekalongan yang biasanya di suguhan pada saat acara tahlilan atau saat peringatan orang meninggal (Orang Islam), tetapi akhirnya di gunakan oleh orang pekalongan untuk berbisnis.

Kopi Tahlil merupakan akulturasi budaya arab di Pekalongan. Karena warga di Pekalongan terdiri dari berbagai keturunan, yang terbesar adalah jawa dan arab. Akulturasi itu juga membawa kebiasaan-kebiasaan agamis seperti tahlilan.


Kopi ini bukan sembarang kopi, terdapat bahan rempah-rempah yang di racik dan disedu dalam kopi dan Kopi Tahlil biasanya disantap dengan makanan pendamping seperti mendoan, kacang goreng, dll. Harganya sangat terjangkau, hanya dengan Rp 2.000,- atau Rp 3.000,- (pakai susu kental manis), kita bisa menikmati hangatnya Kopi Tahlil di malam hari, apalagi sambil nongkrong dan berdisuksi bersama tema-teman.



Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/522adb0dfeca177621000000/kopi-tahlil-minuman-unik-nikmat-dan-ekonomis-khas-kota-pekalongan/

Rabu, 16 Maret 2016

CIRI-CIRI MOTIF BATIK PEKALONGAN

Kota batik mеmаng dі pekalongan kerena disana аdаlаh pusat pengrajin dаn pengusaha batik,batik Pekalongan аdаlаh batik уаng ѕаngаt terkenal dаn mеmрunуаі potensi bеѕаr dаlаm kegiatan pembatikan уаng berkembang dеngаn pesat. Batik јugа уаng mеnјаdі ѕаlаh ѕаtu penopang perekonomian masyarakatnya.

Ciri- Ciri Motif Batik Pekalongan :
1.    Pada beberapa motif batik Pekalongan yang klasik (tua/kuno) tergolong motif semen. Motif ini hampir sama dengan motif-motif klasik semen dari daerah Jawa Tengah yang lain, seperti Solo dan Yogyakarta yang terdapat ornamen bentuk tumbuhan dan garuda atau sawat. Perbedaanya ada kain klasik ini hampir tidak ada cecek (titik). Semua pengisian motif berupa garis-garis.
2.   Motif asli pekalongan adalah motif Jlamprang, yaitu suatu motif semacam nitik yang tergolong motif batik geometris. Mungkin motif ini merupakan suatu motif yang dikembangkan oleh pembatik keturunan Arab karena pada umumnya orang Arab yang beragama Islam tidak mau menggunakan ornamen berbentuk benda hidup, misalnya binatang atau burung. Mereka lebih suka ragam hias yang berbentuk geometris. Namun Dr. Kusnin Asa berpendapat bahwa motif jlamprang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu Syiwa.

3.   Warna soga kain dengan motif dari tumbuhan. Pada kain batik klasik Pekalongan ini motifnya terdapat persamaan dengan kain batik klasik daerah Solo dan Yogyakarta.
4.   Beberapa corak kain yang diproduksi di Pekalongan mempuyai corak atau gaya Cina, seperti adanya ornamen Liong berupa naga besar berkaki dan burung Phoenix, yaitu sejenis burung yang pada bulu kepala, sayap, dan ekor berjumbai serta ekor bergelombang.
Motif Liong

Motif Burung Phoenix

5.  Kain batik yang dikembangkan atau diproduksi oleh pengusahan batik keturunan Cina. Gambar-gambarnya pada motif berupa bentuk-bentuk riil (nyata) dan banyak menggunakan cecek-cecek (titik-titik) serta cecek sawut (titik dan garis). Isen-isen pada ornamen penuh dengan cecek.
6. Penduduk daerah pantai menyukai warna-warna yang cerah seperti warna merah, kuning, hijau, biru, violet, dan oranye.

Hаѕіl produksi batiknya tеlаh diekspor kе bеrbаgаі Negara dі dunia ѕереrtі Amerika, Australia, Jepang, Korea, Timur Tengah dаn Negara lainnya. Batik Pekalongan mеruраkаn batik pesisir sama halnya dеngаn batik Paoman dаrі Indramayu уаng kaya аkаn warna dаn bіаѕаnуа bersifat naturalis. Batik Pekalongan јugа bаnуаk dipengaruhi оlеh warga pendatang dаrі bangsa Cina dаn Belanda раdа zaman dahulu.


Mеѕkірun ciri-ciri batik Pekalongan motifnya mirip dеngаn batik Yogya аtаu batik Solo nаmun batik Pekalongan ѕаngаt bebas dаn menarik kаrеnа dimodifikasi dеngаn bаnуаk variasi warna уаng atraktif. Kadang, bаnуаk dijumpai јugа batik Pekalongan уаng mеmіlіkі hіnggа 7 warna dеngаn kombinasi уаng dinamis. Batik Jlamprang аdаlаh ѕаlаh ѕаtu motif batik Pekalongan уаng populer dаn tеlаh diabadikan mеnјаdі ѕаlаh ѕаtu nama jalan dі Pekalongan. Batik Pekalongan mеnјаdі ѕаngаt khas kаrеnа bertopang раdа bаnуаk pengusaha kecil. Sејаk dahulu, batik Pekalongan dikerjakan dі rumah-rumah penduduk. Inі mengakibatkan batik Pekalongan menyatu erat dеngаn kehidupan masyarakatnya.

Pekalongan mеmаng surganya batik bаgі раrа pecinta batik dаn disana јugа tеrdараt aksoseris уаng dараt аndа beli untuk dі раdu padankan dеngаn batik уаng аndа pakai.

Sumber :
http://bajubatikpekalonganonlinemurah.blogspot.com/2013/10/ciri-khas-batik-pekalongan.html
http://busanamuslimodis.com/batik-pekalongan-dari-corak-motif-hingga-penjelasannya/

Sabtu, 12 Maret 2016

LEGENDA PEKALONGAN

Asal usul Kota Pekalongan sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat setempat tentang cerita Raden Bahurekso yang bertapa seperti kalong atau kekelawar secara turun temurun terdapat beberapa versi ceritanya.

Asal mula nama Pekalongan berasal dari Topo Ngalongnya Joko Bau /Jaka Bau putra dari Kyai Cempaluk pahlawan Mataram dari Kesesi. Suatu hari, Joko Bau diperintahkan oleh Ki Cempaluk untuk mengabdi pada Sultan Agung raja Mataram. Dia juga mendapat tugas untuk memboyong putri Ratnasari Kalisasak Batang ke istana, tetapi Joko Bau malah jatuh cinta pada sang putri.

Karena tindakannya mencintai putri Ratnasari, ia diberi hukuman untuk mengamankan daerah pesisir yang dibajak oleh Cina. Kemudian Joko Bau bersemedi di hutan Gambiran, setelah lama ia bersemedi akhirnya namanya berganti manjadi Bau Rekso. Atas perintah Sultan Agung, Bau Rekso mempersiapkan pasukan untuk menggempur para kompeni yang berada di Batavia (1628-1629).
Namun, serangan itu mengalamai kegagalan, kemudian ia kembali ke hutan Gambiran untuk bertapa "ngalong" artinya bergelantungan seperti kelelawar. Saat topo ngalong Joko Bau/Bau Rekso berlangsung, ia pernah sekali diganggu oleh Tan Kwie Djan atas perintah dari Mataram untuk menerima tugas. Dari nama asal topo ngalong inilah kemudian menjadi nama Pekalongan. Hingga pada akhirnya, karena memperoleh kekuatan gaib, Dewi Lanjar mau dipersunting oleh Bau Rekso.
Sedangkan munculnya nama Pekalongan menurut versi abad XVII adalah di masa Sultan Agung saat Ki Bau Rekso gugur saat melawan pada tanggal 21 September 1628 melawan VOC di Batavia. Tempat topo ngalong dari Joko Bau berada di Wiradesa, Kesesi, Slamaran, Ulujami, Comal dan Alun-alun Pekalongan.

Ada banyak versi tentang asal usul nama Pekalongan, mulai dari Kerajaan Kalingga, Kalang, Legok Kalong (kelelawar) dan sebagainya yang menurut masyarakat sekitar dibenarkan. Namun, terlepas dari hal itu, Pekalongan sudah menjadi Kabupaten yang mempu mengharumkan namanya. Kabupaten kecil di Jawa Tengah ini terkenal dengan Batik Pekalongan yang menjadi ciri khas dari Indonesia.


Sumber :
http://seputar-jateng.blogspot.co.id/2015/09/sejarah-dan-asal-usul-pekalongan-jawa.html

Kamis, 10 Maret 2016

SEJARAH KOTA PEKALONGAN

Kota Pekalongan adalah salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan.
Pekalongan dikenal dengan julukan kota batik, karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan masuk jaringan kota kreatif UNESCO dalam kategori crafts & folk art pada Desember 2014 dan memiliki city branding World's city of Batik.
Transportasi di kota ini pun sudah cukup berkembang, karena terdapat terminal besar, stasiun, dan taksi. Makanan khas Pekalongan adalah nasi megono.
Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain misalnya: syawalan, sedekah bumi, dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini disemarakkan dengan pemotongan lopis raksasa yang memecahkan rekor MURI oleh wali kota untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung.

-SEJARAH-
Nama Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernements Besluit) Nomer 40 tahun 1931:nama Pekalongan diambil dari kata ‘Halong‘ (dapat banyak) dan dibawah simbul kota tertulis ‘Pek-Alongan‘.
Kemudian berdasarkan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal 29 januari 1957 dan Tambahan Lembaran daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958, Serta persetujuan Pepekupeda Teritorium 4 dengan SK Nomer KTPS-PPD/00351/II/1958:nama Pekalongan berasal dari kata ‘A-Pek-Halong-An‘ yang berarti pengangsalan (Pendapatan).
Pada pertengahan abad XIX dikalangan kaum liberal Belanda muncul pemikiran etis-selanjutnya dikenal sebagai Politik Etis yang menyerukan Program Desentralisasi Kekuasaan Administratip yang memberikan hak otonomi kepada setiap Karesidenan (Gewest) dan Kota Besar (Gumentee) serta pemmbentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut. Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomer 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi (gewest); dan untuk Kota Pekalongan, hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomer 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan dekonsentrasi.
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hatta di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang.
Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomer 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat / Jawa Tengah / Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan.
Terbitnya PP Nomer 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan ditindaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 merubah batas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah dari 1.755 Ha menjadi 4.465,24 Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa dan 24 kelurahan.
Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomer 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomer 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan



sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekalongan#Sejarah

Sabtu, 05 Maret 2016

introduction :)



Haiiiiii... berhubung ada tugas jurnalisme online yang di suruh buat blog makanya disini aku mau nulis tentang Kota Pekalongan "Kota Batik" soalnyaa aku pernah tinggal disana makanya aku mau jelasin kota itu hahaha

aku mau jelasin tentang sejarahnya, kulinernya, tempat wisatanya, dll. yaaa buat bantu kalian yang pada pengen tau tentang Kota Pekalongan :))